Jakarta, aknyogya.ac.id – Instruktur Tatah Sungging Wayang Kulit Prodi Kri...
Sleman, aknyogya.ac.id – Dalam merayakan hari jadinya yang ke-13 Royal Ambarukmo Yogyakarta berkolaborasi dengan kampus Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta melalui Program Studi Seni Kriya Tatah Sungging Wayang Kulit, mempersembahkan Talkshow dan Workshop Tatah Sungging Wayang Kulit dengan tema Ringgit Wacucal. Sabtu, 26/10 di Ballroom Kasultanan I, Jl. Laksda Adisucipto, No. 18, Ambarukmo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Dalam sambutannya Herman Courbois, General Manager Royal Ambarukmo Yogyakarta, pada usia yang ke-13 tahun ini, melalui acara Ringgit Wacucal Royal Ambarukmo berharap dapat terus menjadi salah satu pilar perkembangan budaya dari masa ke masa serta menguatkan rasa bangga masyarakat terhadap karya-karya seni peninggalan yang kaya akan nilai budaya dan sejarah. Sebagai hotel yang mengedepankan kekayaan budaya lokal, Royal Ambarukmo Yogyakarta berupaya untuk memperkenalkan kembali dan mengembangkan seni wayang kulit, yang merupakan warisan budaya tak ternilai.
Talkshow dan Workshop ini dirancang untuk memberikan wawasan yang mendalam tentang sejarah dan perkembangan budaya asli Nusantara yaitu Wayang Kulit Gagrak Yogyakarta. Talkshow kali ini dengan menghadirkan pembicara seniman-seniman yang mumpuni di bidangnya. Pembicara yang dihadirkan yakni Sagio, Maestro Seni Tatah & Sungging Wayang Kulit yang juga Instruktur seni Kriya Kulit, Dr. Supadma, M.Hum., Seniman Dalang Wayang Kulit yang juga Direktur AKN Seni Budaya Yogyakarta, Dr. Sumaryono, M.A. Seniman Tari dan Mas Wedana Cermo Sutedjo salah satu pengurus Pedalangan Indonesia.
Sedangkan Workshop Tatah dan Sunging Wayang Kulit dipraktekkan oleh mahasiswa Prodi Kriya Angkatan ke-11. Demo praktek menatah dan menyungging kulit sebagai bahan jadi Wayang Kulit dilakukan pada selasar area kegiatan, dengan tujuan para peserta Talkshow bisa langsung melihat dan tertarik ikut mempraktekan cara membuat Wayang Kulit dengan dipandu para mahasiswa.
Selain ketelitian, kesabaran dan dibutuhkan penglihatan yang tajam, menatah juga membutuhkan pengendalian emosi serta menurunkan egoisme. “Kan ada pola-pola yang ada yang sesuai pakem-pakem yang ada, seperti pola natah wayang gaya Yogyakarta,” ujar Mahendra, Mahasiswa Seni Kriya Kulit.
Kegiatan ini merupakan pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama PKS antara AKN Seni Budaya Yogyakarta dengan Royal Ambarukmo beberapa bulan yang lalu. Kali ini mahasiswa ikut berpartisipasi di acara talkshow, karena bertepatan Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Tatah Wayang maka kegiatan ini kita manfaatkan sekaligus untuk penilaian. “Mahasiswa juga sengaja kami beri nilai saat meresepon dan mengajari cara menatah kulit terhadap pengunjung,” pungkas Kaprodi Kriya Kulit Ima Novilasari, M.Sn.
Rochmad AKN
0 Komentar