Yogyakarta, aknyogya.ac.id – Memasuki tahun 2025 mahasiswa Akademi Komunit...

Kalurahan Pleret, aknyogya.ac.id – Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Hal inilah yang dihadirkan dari Praktek Kerja Lapangan Prodi Seni Karawitan Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta kepada para mahasiswanya di Lapangan Kalurahan Pleret, Pleret, Bantul. Minggu, 3/3.
Ketika agenda yang sudah direncanakan tidak sesuai dengan yang ada di lapangan, maka di sinilah kecerdasan emosional, intelektual dan spiritual kita dituntut untuk segera menghadirkan solusi agar kegiatan dapat tetap berjalan secara optimal. Inilah yang dihadapi oleh mahasiswa Prodi Karawitan saat melakukan PKL sebagai Karya Akhir Studi Mahasiswa di Lapangan Kalurahan Pleret, dimana luas panggung yang direncanakan 12 x 12 m, namun karena ada misskoordinasi maka yang terealisasi adalah 6 x 8 m. Sehingga hal ini menuntut tim untuk segera merubah konsep tata iringan. Karena yang telah dipersiapkan adalah gamelan berlaras slendro pelog, karena menyesuaikan luas panggung yang tersedia maka hanya bisa untuk laras slendro.
Hal ini disampaikan oleh Kaprodi Seni Karawitan Bayu Purnama, M.Sn., kepada aknyogya.ac.id bahwasanya masalah seperti ini meski tidak diharapkan, tetapi apabila kita ambil hal positifnya maka akan menjadi pengalaman yang bermanfaat untuk para mahasiswa Prodi Seni Karawitan khususnya bagaimana ketika menghadapi permasalahan yang tidak diduga di lapangan. “Malam hari ketika saya mendapati tersedianya panggung hanya untuk slendro saya tidak ambil pusing. Saya biarkan tenang dulu. Pagi hari sebelum pagelaran saya koordinasi dengan mahasiswa agar segera mengambil sikap fleksibel dengan kondisi yang tersedia. Karena biasanya latihannya komplit, ini harus total merubah konsep,” ujar Bayu Purnama.
“Apalagi untuk pentas Panji Jaya Kusuma. Kurang lima menit sebelum pementasan saya masih berkoordinasi untuk merubah notasi dan merubah vokal. Tapi semuanya alhamdulillah dapat terkondisikan. Meski tidak sampai 100% lancar, tapi 98 % mahasiswa dapat menyerap dengan baik perubahan total ini. Bahkan untuk pengendhang Panji Jaya Kusuma, namannya Mas Rangga itu baru pertama kali ngendhang di event ini saya bantu dengan saya tepuk-tepuk punggungnya dan saya berikan bisikan. Walaupun salah sedikit tapi tidak jadi masalah. Hal ini menjadi capaian yang luar biasa bagi semua mahasiswa khususnya mahasiswa Prodi Karawitan,” tambah Bayu Papang sapaan akrabnya.
Dari tiga jenis iringan pementasan oleh Prodi Karawitan yaitu Topeng Panji Jaya Kusuma, Kesenian Reog dan Uyon-Uyon, secara keseluruhan bisa dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme penonton yang hadir sangat menikmati pertunjukan yang disajikan. Mengingat kendala di awal sebelum pementasan bisa dikatakan sangat krusial.
Hal ini tentu tidak terlepas dari tangan dingin Bayu Purnama, M.Sn., Kaprodi Seni Karawitan AKN Seni dan Budaya Yogyakarta. Bagaimanapun pengalamannya telah membentuk jiwa kepemimpinan yang handal yang didukung dengan kompetensinya di bidang seni karawitan yang telah digelutinya selama bertahun-tahun. Di hadapan para mahasiswanya tentunya ia ingin menunjukkan bagaimana sikap yang seharusnya diambil ketika menghadapi permasalahan di lapangan dan menggunakan segenap kemampuannya untuk menghadirkan solusi.
Rochmad AKN
0 Komentar