Bantul, aknyogya.ac.id – Tata Rias dan Busana merupakan perlengkapan pokok...
Bantul, aknyogya.ac.id – Melalui Prodi Seni Karawitan Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta pada kuliah praktek menghadirkan dosen tamu dari Komunitas Gayam 16 Yogyakarta dengan materi kuliah sound system, akustik dan perekaman digital, yang dilaksanakan di Mini Teater Lantai 2 Komplek kampus AKN Sebud Yk, Jl. Parangtritis, Km 4,5 Panggungharjo, Sewon, Bantul. Senin, 16/12/24.
Komunitas Gayam 16 merupakan perkumpulan seniman, seperti seni karawitan, musik modern, musik etnik, musik nusantara. Beberapa dari senimam pesohor negeri di DIY tergabung dalam komunitas ini, seperti Kiai Kanjeng, Letto, termasuk Sudaryanto, S.Sn., salah satu dosen tamu yang dihadirkan untuk mengisi materi akustik perekaman digital.
Antusiasme mahasiswa karawitan untuk mengikuti kuliah praktek ini sangat luar biasa. Sudaryanto, S.Sn. menyatakan bahwa di era sekarang ini gamelan tidak hanya belajar tentang gendhing dan cengkok semata, tapi yang lain yang tidak kalah pentingnya adalah kita tahu bagaimana kita menyikapi dunia digital ini. Walaupun nanti bisa bermacam-macam bentuknya, seperti live concert, presentasi karya dan lainnya, namun pendokumentasian itu tidak lepas dari peran sound system dan sound engineer.
“Nah, metode perekaman ini diharapkan bisa lebih proper atau lebih baik ketika teman-teman tahu apa yang harus dilakukan atau apa yang dihadapi. Ketika teman-teman pemain gamelan itu tahu instrument apa yang dihadapi kemudian teman-teman pengrawit juga tahu seharusnya mic apa yang dipakai, perangkat apa yang dipakai untuk mendokumentasi, itu akan jauh lebih baik daripada teman-teman yang sama sekali tidak tahu tentang perangkat digital yang digunakan untuk merekam,” jelasnya.
Dihadapkan dengan era digital, teman-teman pengrawit yang berada di jalur vokasi tidak hanya mengandalkan skill nabuh atau nembang saja. Masih menurut Sudariyanto, M.Sn., mestinya pendokumentasian audio sudah dilakukan sejak mula. Karena seperti halnya pendokumentasian tentang notasi saja kita sangat kalah dengan dunia barat. “Dunia musik barat itu sangat tertata, bahkan sejak era Bethoven saja sudah ada dokumentasinya. Nah sekarang jika dibandingkan dengan di sini, di era Mataram saja mana karya Paku Buwono berapa misalnya, kita tidak dapat mendeteksinya dengan jelas. Dengan era digital ini kita lebih bisa mendokumentasikan dan menjelaskan lebih rinci deskripsi karya yang kita buat itu supaya nantinya entah itu satu abad yang akan datang ketika itu sudah bisa menjadi sebuah objek penelitian atau apa pun, itu anak cucu kita tidak kebingungan dengan literasi yang dibutuhkan,” lanjut Sudaryanto, S.Sn.
Eko Paryadi, salah satu mahasiswa Prodi Seni Karawitan yang telah berkesempatan mengikuti mata kuliah praktek tersebut meluapkan kegembiraannya bisa hadir. “Bagi saya dengan mengikuti mata kuliah praktek dengan materi akustik dan perekaman digital itu sangat membantu sekali untuk melengkapi pengetahuan dan kemampuan kita sebagai seniman karawitan dalam hal perekaman audio, alat-alat elektronik apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan hal tersebut,” ungkapnya.
Seiring dengan harapan Bayu Purnama, M.Sn., selaku Kaprodi Seni Karawitan, dengan adanya pemberian materi tentang sound system, akustik dan perekaman digital yang mana ini adalah yang pertama kalinya, adalah agar mahasiswa Prodi Seni Karawitan mendapatkan pemahaman dan pengetahuan di luar sisi teknik menabuh, bahwa ada elemen pendukung yang tidak kalah pentingnya. Dan hal ini akan sangat berguna nantinya bilamana mereka berkiprah dalam masyarakat.
Rochmad AKN
0 Komentar