AKN Seni Budaya Yogyakarta Bawakan Gendhing Klasik Gagrak Ngayogyakarta Di 24 Jam Menabuh

avatar
Ditulis oleh
Administrator
0 komentar
AKN Seni Budaya Yogyakarta Bawakan Gendhing Klasik Gagrak Ngayogyakarta Di 24 Jam Menabuh
blog
Keterangan & diskripsi gambar

Bantul, aknyogya.ac.id – Prodi Seni Karawitan AKN Seni dan Budaya Yogyakarta menjadi salah satu dari 31 Kelompok Seni Karawitan yang turut menyemarakkan 24 Jam Menabuh dalam rangka Lustrum VIII Dies Natalis Ke-40 Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang diselenggarakan bersamaan dengan Hari Peradaban Desa, Selasa, 21/5.

Setia Rahdiatmi Kurnia Jatilinuar. M.Sn., Sekretaris Jurusan Karawitan ISI Yogyakarta mengatakan kepada aknyogya.ac.id. bahwa AKN Seni dan Budaya Yogyakarta selalu menunjukkan penampilan yang luar biasa dan setiap kali ISI Yogyakarta mengundang AKN Seni dan Budaya Yogyakarta dalam berbagai event selalu memberikan suportnya.

“Sajian penampilan dari AKN Seni dan Budaya Yogyakarta selalu segar. Baik dari segi penampil itu sendiri maupun dari segi garapan materinya selalu segar,” ujar Setia RKJ, M.Sn.

Di satu sisi Bayu Purnama, M.Sn., Kaprodi Seni Karawitan AKN Seni dan Budaya Yogyakarta menjelaskan bahwa AKN Seni dan Budaya Yogyakarta tampil membawakan gendhing klasik gagrak Ngayogyakarta Hadiningrat dengan dua repertoar utama yaitu Ladrang Wirangrong Laras Pelog Pathet Enem dan Ladrang Pangkur Laras Slendro Pathet Manyura. Tetapi dalam rangkaiannya kita mengambil idiom wayang kulit. “Gambarannya satu rangkaian itu seperti ketika mengiringi wayang kulit. Namun dalam konser karawitan itu dinamakan gendhing merabut yang artinya dari repertoar satu menuju ke repertoar selanjutnya terdapat selingan. “jelas Bayu.

Lebih lanjut dalam keteranganya kepada aknyogya.ac.id Ia menyebutkan bahwa Dalam penampilan kali ini yang menjadi selingan adalah odo-odo, “yaitu tembang selingan yang dinyanyikan oleh vokalis pria tunggal, dilanjutkan playon lasem laras pelog pathet enem, kemudian rambangan durma, setelah selesai atau suwuk diteruskan dengan lagon laras slendro pathet sanga wetah, selanjutnya lelagon witing klapa dan ilir-ilir. Kemudian baru masuk Ladrang Pangkur Laras Slendro Pathet Sanga yang dalam penggarapannya menggunakan mazhab Ki Nartosabdo dimana menggunakan Pangkur Rimong Bathik dan Pangkur Segoro Kidul,”pungkas Bayu Papang.sapaan akrabnya.

 

Rochmad-AKN

 

 


0 Komentar

Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!

BERITA TERKAIT

Kirim pertanyaan, saran, atau masukan anda kepada kami