AKNSBY dan Sanggar Condroradono Hibur Wisatawan dengan Sayemboro Sekartaji Episode Topeng

avatar
Ditulis oleh
Administrator
0 komentar
AKNSBY dan Sanggar Condroradono Hibur Wisatawan dengan Sayemboro Sekartaji Episode Topeng
blog
Seni Karawitan AKNSBY kolaborasi dengan Sanggar Condroradono tampil dalam pementasan Sayemboro Sekartaji episode Topeng di Sonobudoyo Yogyakarta, Jumat (5/12/2025).

YOGYAKARTA - Seni Karawitan AKN Seni dan Budaya Yogyakarta kolaborasi dengan Sanggar Condroradono tampil dalam pementasan di Sonobudoyo Yogyakarta, Jumat (5/12/2025). Dijelaskan Direktur AKNSBY sekaligus pemilik Sanggar Condroradono Prof. Dr. Drs. Kuswarsantyo, MHum. pementasan kali ini hadir dengan lakon Sayemboro Sekartaji episode Topeng. "Jadi ini sebenarnya cerita Topeng yang lebih fleksibel tidak seperti Ramayana atau Mahabharata. Karena awal cerita Topeng kan memang dari cerita kerakyatan, misalnya ada Ande-ande Lumut dan seterusnya yang berkembangnya ke Panji Asmoro Bangun dan Sekartaji yang kami tampilkan ini," terang Kuswarsantyo yang didampingi Bayu Purnama,SSn. MSn selaku Kaprodi Seni Karawitan AKNSBY.

Kuswarsantyo melanjutkan bahwa dalam lakon pementasan ini ada satu misi sayembara yang berarti kompetisi. Bagaimana untuk meraih satu cita-cita yang diinginkan harus berkompetisi
dan berarti harus menyiapkan diri mulai dari kemampuan, kesiapan di bidangnya.
Kalau dalam edukasi, untuk meraih sesuatu pasti harus ada usaha keras untuk mencapai cita-cita. Maka dalam konteks cerita ini Raden Panji Asmoro Bangun adalah yang paling siap untuk mengikuti sayembara dibanding para kompetitor lain. Cerita berjalan, pada episode ini diwujudkan dalam cerita dengan peperangan serta adu fisik. "Tapi sebenarnya kalau dalam konteks pendidikan ya adu intelijensi atau kemampuan, kecerdasan, pengetahuan dan wawasan. Itulah misinya," tegasnya. Sehingga, lanjut Kuswarsantyo, pesan moral kalau mau meraih sesuatu harus siap lahir dan batin.

Cerita yang ia pilih ini merupakan sebagian saja karena episode lain ada yang mengekspos tentang Raden Gunung Sari, Ragil Kuning, Jati Pitutur, Klono Sewandono dan lainnya.
Itu semua merupakan pengembangan cerita-cerita dalam rangkaian episode Panji. Ia juga menjelaskan pada pementasan malam itu ada 17 penari dengan pembagian adegannya yaitu meliputi Kediri, Bantarangin dan Jenggolo. Ketiganya itu dinarasikan berperan dalam sayembara seperti yang dikisahkan. Dalam cerita itu disisipkan semacam hiburan supaya dramatiknya tidak dikendorkan dan ada jeda. Tujuannya karena pertunjukkan ini konsepnya pariwisata jadi harus ada interaktif dengan penonton.

Tak hanya disaksikan masyarakat lokal, sejumlah turis mancanegara tampak pula menyaksikan pementasan menarik ini. "Pementasan ini selain bentuk dukungan semakin meningkatnya pariwisata DIY juga sekaligus agar penonton bisa memahami isi dari ceritanya. Dan yang tidak kalah penting adalah memberikan pengalaman pengunjung ikut merasakan keindahan Tari Gaya Yogyakarta," ucap Kuswarsantyo. "Selain itu saya mengonsep pementasan secara hybrid dengan menggabungkan seni rakyat dan seni klasik. Seni rakyatnya saya ambil dari salah satu adegan yaitu jathilan. Jathilan saya masukkan untuk prajurit dari Bantarangin untuk menggambarkan perjalanan menuju Kediri yang jauh dengan mengendarai kuda, lalu ada pertempuran antara dua kerajaan. Nah ilustrasi untuk bagian ini adalah dengan Reog. Reogan ini mencerminkan lokasi Bantarangin di daerah Jawa Timur pinggiran menuju Kediri. Jadi ini kami membuat konsep penggabungan dari nuansa budaya berbeda menjadi satu<' tutup Kuswarsantyo. (Humas-AKNSenBud)


0 Komentar

Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!

BERITA TERKAIT

Kirim pertanyaan, saran, atau masukan anda kepada kami