Beri Arahan Saat Raker, Ini Harapan Dewan Penyantun KPH Notonegoro Untuk AKNSBY

avatar
Ditulis oleh
Administrator
0 komentar
Beri Arahan Saat Raker, Ini Harapan Dewan Penyantun KPH Notonegoro Untuk AKNSBY
blog
Dewan Penyantun KPH Notonegoro saat menyampaikan arahan dan paparannya pada Raker di AKNSBY.

YOGYAKARTA - Gubernur DIY Sri Sultan HB X dalam mendirikan Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta terinspirasi dari berbagai praktek di sejumlah negara. Dimana Akademi Komunitas itu ada sebagai pengganti perguruan tinggi universitas. Hal tersebut disampaikan oleh Dewan Penyantun AKNSBY KPH Notonegoro saat berbicara pada forum Rapat Kerja AKNSBY, Selasa (9/12/2025). "Sebagai contoh, saya dulu kuliah di Washington Amerika Serikat. Saya punya teman-teman dari Indonesia itu mungkin ada sekitar 20-an yang kuliah sama-sama. Dari 20 orang yang kuliah di universitas saya Washington itu sekitar 15-an orang. Itu adalah lulusan Akademi Komunitas di negara bagian setempat. Jadi mereka punya masalah tidak bisa langsung masuk ke universitas. Entah karena nilai dan sebagainya. Untuk menjembatani, mereka masuk dulu ke Akademi Komunitas. Setelah selesai di Akademi Komunitas, baru jalannya terbuka bisa masuk ke Universitas," ungkap KPH Notonegoro.

Ia membeberkan, seiring berjalannya waktu angkatan-angkatan yang pada waktu awal itu membutuhkan kualifikasi akademis itu, sekarang sudah habis. Para pelaku-pelaku seni yang memang pintar tapi tidak punya kualifikasi akademis kemudian masuk ke AKNSBY dengan alasan itu, sekarang ini sudah tidak ada lagi. Dan hal tersebut sempat menjadi bahan diskusinya bersama Sri Sultan HB X. Sehingga perubahan serta pergeseran yang telah terjadi tersebut, menurut KPH Notonegoro  harus menjadi alasan AKNSBY ini berubah.

Menurutnya, AKNSBY harus berpikir lebih jauh dari itu dan memikirkan apa saja yang bisa dilakukan diantaranya dengan melakukan ekspansi. "Meningkatkan program ke level Diploma 2 bisa, menambah Program Studi baru bisa, dan itu bagus," tegas KPH Notonegoro. "Tapi saya minta hati-hati, karena dalam merancang itu harus betul-betul memperhatikan pasar. Kalau perlu, studi pasar dilakukan untuk semua prodi. Misalnya kita punya Prodi Karawitan, itu tujuannya untuk memproduksi pengrawit yang seperti apa?" kata KPH Notonegoro. Ia juga memberi penekanan agar jangan sampai yang menjadi nilai yang ditawarkan AKNSBY ke masyarakat itu adalah gratis. "Repot kalau yang ditawarkan ke orang yang mau masuk sini hanya sekedar karena gratis, itu repot. Itu tidak bisa menurut saya," tegasnya. Awal-awal dulu oke, sekarang sudah berdiri sekian tahun, sudah waktunya nilai ini harus berkesan. Kita harus menawarkan sesuatu yang lebih," harap KPH Notonegoro. (Humas-AKNSenBud)
 


0 Komentar

Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!

BERITA TERKAIT

Kirim pertanyaan, saran, atau masukan anda kepada kami