Ciri Wayang Kulit Gagrak Yogyakarta Yang Dipelajari Di AKN Seni Budaya Yogyakarta

avatar
Ditulis oleh
Administrator
0 komentar
Ciri Wayang Kulit Gagrak Yogyakarta Yang Dipelajari Di AKN Seni Budaya Yogyakarta
blog
Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta

Bantul – Seni dan budaya tatah sungging wayang kulit gagrak Yogyakarta adalah salah satu objek yang dipelajari di Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta selain seni tari dan karawitan. Salah satu maestro tatah sungging wayang kulit gagrak Yogyakarta yang juga menjadi instruktur pada prodi seni kriya AKN Seni Budaya Yogyakarta, Mas Wedono Perwito Wiguna yang merupakan Abdi Dalem kraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang lebih akrab dipanggil mbah Sagio menjelaskan tentang ciri-ciri yang dapat dilihat dari wayang kulit gagrak Yogyakarta kepada aknyogya.co.id, Selasa, 24/1, saat break Rapat Penyusunan Kurikulum di Hotel Ros In, Jalan Lingkar Selatan 110 Yogyakarta.

Beliau menyampaikan bahwa ciri-ciri wayang kulit gagrak Yogyakarta terletak pada tampilan posisi kaki, bentuk tubuh, tangan dan bahu, unsur tatahan, sunggingan serta pada bagian antara kaki depan dan belakang (lemahan-red).

“Wayang kulit gagrak Ngayokyakarta mempunyai ciri tersendiri yang tidak ditemukan pada wayang kulit daerah lain. Posisi kakinya melebar, bentuk tubuhnya lebih pendek dan kekar, tangannya panjang sampai tanah, bahu belakang lebih panjang. Lalu tatahan yang digunakan hampir semuanya menggunakan inten-intenan. Sunggingannya memakai sungging tlacapan. Lalu bagian lemahan atau bagian diantara kaki depan dan belakang biasanya berwarna merah”, jelas Sagio

Lebih lanjut mbah Sagio menjelaskan tentang sungging tlacapan yang pada masa lampau disebut dengan sungging sorotan. Ini adalah unsur sungging yang berbentuk segitiga terbalik yang lancip-lancip seperti bentuk tumpal pada kain batik. Sungging ini fungsinya untuk hiasan pada bagian sembuliyan yang berukuran kecil. Unsur sungging ini sangat khas pada wayang kulit gagrak Yogyakarta sehingga tidak ditemukan dalam sunggingan wayang kulit gaya lainnya.

Dosen Prodi Seni Kriya, Drs. Otto Herum Marwoto, M.Sn. di kesempatan yang berbeda kepada aknyogya.ac.ic juga menjelaskan tentang wayang gagrag Yogyakarta, yaitu pada pahatan (tatahan-red) itu lebih  ngremit dibanding tatahan pada wayang kulit gaya lainnya, sehingga otomatis hasil tatahannya lebih halus. Sedangkan untuk sunggingan gagrag Yogyakarta lebih mempertahankan warna tradisional yang sdh pakem.

“Wayang gagrag Yogyakarta lebih konsisten dalam mempertahankan nilai tradisinya (pakem-red). Hal ini dilihat dari sunggingannya yang mempertahankan warna tradisional yang sudah pakem. Sedangkan tatahannya lebih rumit dibanding wayang gaya lainnya”, terang dosen pengampu mata kuliah pengetahuan bahan ini.

 

 

Rochmad AKN

 

 

 

 

 

 


0 Komentar

Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!

BERITA TERKAIT

Kirim pertanyaan, saran, atau masukan anda kepada kami