Konsep 'Seni Ora Medeni' Hadirkan Wayang Setanan dan Topeng Barongan di Pekan Kesenian AKN-SB 2022

avatar
Ditulis oleh
Administrator
0 komentar
Konsep 'Seni Ora Medeni' Hadirkan Wayang Setanan dan Topeng Barongan di Pekan Kesenian AKN-SB 2022
blog
Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta

Bantul – Apabila Anda mengikuti Seminar Budaya pada Pekan Kesenian AKN-SB 2022 yang berlangsung pada 17 Desember 2022 di Mini Theater lantai 2 kampus Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta, Anda akan menyaksikan hal berbeda dengan hari biasanya saat melewati lorong menuju Mini Theater. Biasanya lorong tersebut tampak kosong, kali ini dihiasi dengan beberapa wayang kulit setanan dan topeng barongan buah karya alumni mahasiswa prodi seni kriya angkatan-7 dan 8. Ditambah aroma dupa dan pencahayaan yang temaram tentunya membuat suasana menjadi sakral.

Salah satu peserta Seminar Budaya, Annisa Ayuana Puspasari, menyampaikan kepada tim media AKN Seni Budaya Yogyakarta bahwa kesan sakral dia rasakan saat melewati lorong tersebut.

“Sangat sakral, tapi itu yang membuat daya tarik tersendiri, terdapat aroma kemenyan saat melewati lorong tersebut, membuat rasa penasaran orang saat melewatinya. Apalagi ada topeng di kanan kiri yang tertempel di tembok, kemudian terdapat wayang yang digantung”, ujar Annisa Ayuana Puspasari siswi kelas X MIPA3 SMAN 1 Pengasih, Kulonprogo.

Vidyand Sena Prakarsa, salah seorang panitia kegiatan yang juga mahasiswa prodi kriya menjelaskan bahwa lorong tersebut disetting dengan konsep ‘seni ora medeni’. Walaupun yang dipajang wayang dan topeng-topeng yang menyeramkan, tapi semua itu adalah karya seni yang sangat indah dari segi bentuk dan detail-detailnya. Diseleraskan dengan pencahayaan dari lampu.

Menanggapi hal tersebut, Drs. Otto Herum Marwoto, M.Sn. salah seorang dosen prodi seni kriya mengatakan bahwa tidak ada masalah dalam menggunakan bentuk wayang kontemporer sebagai hiasan. Namun ada beberapa hal yang harus dicermati agar hasil yang diinginkan sesuai dengan fungsi karya seni tersebut.

 “Sebetulnya jika yang dipajang itu memang bentuk wayang kontemporer nggak masalah, karena namanya juga kreatifitas, bisa dalam bentuk apapun dan dalam penyajian dimanapun. Namun karena yang dipajang di lorong sebetulnya adalah wayang kulit yang fungsinya sebagai pertunjukan wayang (karena masih ada gapitnya), jadi kurang pas lah penempatannya jika digantung-gantung. Kesannya jadi dipaksakan. Beda dengan lukisan kontemporer, memang sengaja dibuat yang fungsinya tidak untuk pertunjukan wayang, tapi murni sebagai karya seni”, jelas dosen pengampu mata kuliah pengetahuan bahan ini.

Sebagai dosen senior, beliau mengapresiasi sekali kegiatan ini, bahwasanya kegiatan ini bisa terselenggara dengan sangat luar biasa. Selanjutnya beliau berharap agar kegiatan semacam ini bisa dipersiapkan secara lebih matang lagi. Perlu dihadirkan saran dan masukan dari para pakar seni dan budaya agar kegiatan yang direncakanan sebagai agenda tahunan ini bisa lebih baik lagi.      

 

Rochmad-AKN       

 

 


0 Komentar

Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!

BERITA TERKAIT

Kirim pertanyaan, saran, atau masukan anda kepada kami