Sarasehan Budaya Sesaji Oleh Alumni AKN Senbud Yk Usulkan Sesaji Sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO

avatar
Ditulis oleh
Administrator
0 komentar
Sarasehan Budaya Sesaji Oleh Alumni AKN Senbud Yk Usulkan Sesaji Sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO
blog
Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta

Bantul, aknyogya.ac.id – Alumni Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta sekaligus pemilik Sanggar Kahangnan, Hangno Hartono menggelar Sarasehan Budaya Sesaji yang diselenggarakan di Omah Budaya dan Galeri Kahangnan, Jl. Pringgading, Guwosari, Pajangan, Bantul. Senin, 27/5

Sarasehan ini merupakan wujud dari gerakan literasi budaya dalam hal budaya sesaji. Menurut Hangno Hartono, ada tiga pilar utama pengetahuan tentang budaya Jawa yaitu wayang, sastra dan sesaji. Namun hingga saat ini sesaji sendiri masih distigma negatif di kalangan masyarakat, bahkan kamus besar bahasa Indonesia KBBI mengartikan sesaji sebagai makanan makluk halus, “Karena minimnya literasi inilah stigma nagatif muncul, maka melalui dialog budaya yang mengangkat sesaji ini diharapkan dapat menjadi media untuk mengklarifikasi pola sudut pandang terhadap sesaji,” ujar Hangno Hartono kepada aknyogya.ac.id.

Lebih lanjut Hangno, sapaan akrab pemilik Sanggar Kahangnan ini menjelaskan bahwa secara garis besar sesaji diklasifikasikan melalui dua sudut pendekatan yaitu pertama sesaji sebagai sebuah simbol, misalnya tumpeng ada yang mengartikan sebagai simbol ketuhanan yang diartikan tumuju ing pangeran (menuju kepada Tuhan-red), ingkung ayam diartikan  sikap menekung (bersimpuh-red) dan lain-lain. Kedua, sesaji sebagai presentasi menghadirkan energi kosmis dalam setiap prosesi ritual, misal tumpeng adalah representasi  energi gunung berapi, yang bermakna energi, sedangkan prosesi aneka pernik sesaji pada hakekatnya menghadirkan kekuatan alam.

Menanggapi diadakannya Sarasehan Budaya Sesaji oleh alumni AKN Senbud Yk, Dr. Suryo Tri Widodo, M.Sn., salah satu dosen Prodi Kriya AKN Senbud YK sangat mengapresiasi akan adanya perhatian dari alumni terhadap salah satu Local Wisdom masyarakat Jawa.

“Yang diselenggarakan oleh Omah Budaya Kahangnan menarik untuk dicermati secara lebih mendalam. Sesaji sejatinya merupakan salah satu local wisdom masyarakat Jawa yang sudah mentradisi secara turun temurun. Sesaji menjadi salah satu sarana ekspresi budaya sekaligus bagi manusia Jawa dalam berbagai momen yang dianggap penting dalam kehidupan masyarakat Jawa tidaklah terlepas dari simbol yang berwujud,” ujar Dr. Tri Suryo Widodo, M.Sn.

“Dengan demikian tentulah segala aktifitas yang menghadirkan adanya sesaji tentunya menyiratakan sejumlah arti dan makna. Perlu upaya pemaknaan yang objektif dalam menilai sesaji sebagai fenomena budaya Jawa sehingga adanya sejumlah anggapan negatif dapat direduksi. Sesaji sebagai sebuah perlambangan akan adaya kepercayaan terhadap kekuatan dari Tuhan YME. Sekaligus ucapan harapan puji dan syukur kepadaNya. Cerminan mengenai harmoni dalam hubungan antara seluruh makhluk ciptaan Tuhan juga tergambar dalam sebuah sesaji dengan demikian impian orang Jawa yang mendambakan keharmonisan keselarasan dan keseimbangan dalam hidup masyarakat Jawa akan dapat terwujud,” jelasnya.

Sarasehan Budaya Sesaji ini dimotori oleh Hangno Hartono sebagai seniman dan budayawan, dan Eko Hendi sebagai seniman dan praktisi budaya Jawa. Sebagai narasumber Satria Angga Saputra dari Yayasan Kapuk Salemba Arga.

Hangno Hartono berharap tujuan dari Sarasehan Budaya Sesaji ini yaitu Sesaji akan diusulkan kepada UNESCO sebagai warisan budaya.

Rochmas AKN

 


0 Komentar

Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!

BERITA TERKAIT

Kirim pertanyaan, saran, atau masukan anda kepada kami